Mejuah-juah kita kerina!
Sebenarnya rada males nulis, sih, tentang budaya Karo soalnya gw secara
pribadi juga gak terlalu ngerti banyak (meski kepengen belajar juga).
Tapi iseng-iseng aja ikutan si Igor yang sering nulis soal Budaya Batak,
makanya gw ikut-ikutan aja nulis tentang Budaya Karo .
Batak sama Karo beda ya? Sebenarnya kurang tau juga beda atau enggak,
tapi kalau liat konteks, biasanya yang dipanggil dengan Batak itu
biasanya orang Batak Toba. Karo sendiri sebenarnya sering disebut dengan
Batak Karo. Yah, tapi gak apa-apa lah, sebut Karo aja (keukeuh)
Ue lah, ini sedikit sejarah dan legenda tentang marga/beru yang ada dan
terus melekat pada orang-orang Karo yang diteruskan turun-temurun dan
disadur oleh banyak orang menjadi beberapa sumber yang mana akhirnya gw
copy paste ke blog ini dan disajikan untuk anda baca sebagai iseng-iseng
atau sekalian menambah wawasan tentang Budaya Karo. Sekalian sama-sama
belajar, soalnya gw juga gak berapa ngerti
Semuanya disadur dari sini....
Selamat membaca
Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo. 3 Desember 1995 di
Sibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga didasarkan pada
Merga Silima, yaitu ;
1.Ginting
2.Karo-Karo
3.Peranginangin
4.Sembiring
5.Tarigan
Sementara Sub Merga, dipakai di belakang Merga, sehingga tidak terjadi
kerancuan mengenai pemakaian Merga dan Sub Merga tersebut.
Adapun Merga dan Sub Merga serta sejarah, legenda, dan ceritanya adalah sebagai berikut :
Merga Ginting
Merga Ginting terdiri atas beberapa Sub Merga seperti :
-Ginting Pase
Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase juga
ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai
kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo
mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila
(pamannya) ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai
di Aceh. Untuk lebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru
Ginting Pase.
-Ginting Munthe
Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari Tongging,
kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji Nembah dan
terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah pergi ke
Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba
ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting
Tampune.
-Ginting Manik
Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan Ginting Munthe. Merga
ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke Munthe dan Kuta
Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
Ginting Sinusinga
-Ginting Seragih
Menurut J.H. Neumann (Nuemann 1972 : 10), Ginting Seragih termasuk salah
satu merga Ginting yang tua dan menyebar ke Simalungun menjadi Saragih,
di Toba menjadi Seragi.
Ginting Sini Suka
Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak), kemudian
berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru Benua, disana
dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra : bacanya Sembilan Satu
Ginting), yakni :
-Ginting Babo
-Ginting Sugihen
-Ginting Guru Patih
-Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)
-Ginting Beras
-Ginting Bukit (juga ada di Gayo/Alas)
-Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)
-Ginting Ajar Tambun
-Ginting Jadi Bata
Kesembilan orang merga Ginting ini mempunyai seorang saudara perempuan
bernama Bembem br Ginting, yang menurut legenda tenggelam ke dalam tanah
ketika sedang menari di Tiga Bembem atau sekarang Tiga Sukarame,
kecamatan Munte.
-Ginting Jawak
Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari Simalungun. Merga ini hanya sedikit saja di daerah Karo.
-Ginting Tumangger
Marga ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.
-Ginting Capah
Capah berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piring
tradisional Karo. (Petra : Which is saya juga belum tahu yang mana, atau
tahu tapi gak tau sebutannya )
Merga Karo-Karo
Merga Karo-Karo terbagi atas beberapa Sub Merga, yaitu :
-Karo-Karo Purba
Merga Karo-Karo Purba menurut cerita berasal dari Simalungun. Dia
disebutkan beristri dua orang, seorang puteri umang dan seorang ular.
Dari isteri umang lahirlah merga-merga :
-Purba
Merga ini mendiami kampung Kabanjahe, Berastagi dan Kandibata.
-Ketaren
Dahulu merga Karo-Karo Purba memakai nama merga Karo-Karo Ketaren. Ini
terbukti karena Penghulu rumah Galoh di Kabanjahe, dahulu juga memakai
merga Ketaren. Menurut budayawan Karo, M.Purba, dahulu yang memakai
merga Purba adalah Pa Mbelgah. Nenek moyang merga Ketaren bernama Togan
Raya dan Batu Maler (referensi K.E. Ketaren).
-Sinukaban
Merga Sinukaban ini sekarang mendiami kampung Kaban..
Sementara dari isteri ular lahirlah anak-anak yakni merga-merga :
-Karo-Karo Sekali
Karo-Karo sekali mendirikan kampung Seberaya dan Lau Gendek, serta Taneh Jawa.
Sinuraya/Sinuhaji
Merga ini mendirikan kampung Seberaya dan Aji Siempat, yakni Aji Jahe, Aji Mbelang dan Ujung Aji.
-Jong/Kemit
Merga ini mendirikan kampung Mulawari.
Samura
-Karo-Karo Bukit
Kelima Sub Merga ini menurut cerita tidak boleh membunuh ular. Ular
dimaksud dalam legenda Karo tersebut, mungkin sekali menggambarkan
keadaan lumpuh dari seseorang sehingga tidak bisa berdiri normal.
-Karo-Karo Sinulingga
Merga ini berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak, disana mereka telah
menemui Merga Ginting Munthe. Sebagian dari Merga Karo-Karo Lingga telah
berpindah ke Kabupaten Karo sekarang dan mendirikan kampung Lingga.
Merga ini kemudian pecah menjadi sub-sub merga, seperti :
.Kaban
Merga ini mendirikan kampung Pernantin dan Bintang Meriah,
.Kacaribu
Merga ini medirikan kampung Kacaribu.
.Surbakti
Merga Surbakti membagi diri menjadi Surbakti dan Gajah. Merga ini juga kemudian sebagian menjadi Merga Torong.
Menilik asal katanya kemungkinan Merga Karo-karo Sinulingga berasal dari
kerajaan Kalingga di India. Di Kuta Buloh, sebagian dari merga
Sinulingga ini disebut sebagai Karo-Karo Ulun Jandi. Merga Lingga juga
terdapat di Gayo/Alas dan Pak Pak.
-Karo-Karo Kaban
Merga ini menurut cerita, bersaudara dengan merga Sinulingga, berasal
dari Lingga Raja di Pak-Pak dan menetap di Bintang Meriah dan Pernantin.
-Karo-Karo Sitepu
Merga ini menurut legenda berasal dari Sihotang (Toba) kemudian
berpindah ke si Ogung-Ogung, terus ke Beras Tepu, Naman, Beganding, dan
Sukanalu. Merga Sitepu di Naman sebagian disebut juga dengan nama Sitepu
Pande Besi, sedangkan Sitepu dari Toraja (Ndeskati) disebut Sitepu
Badiken. Sitepu dari Suka Nalu menyebar ke Nambiki dan sekitar Sei
Bingai. Demikian juga Sitepu Badiken menyebar ke daerah Langkat, seperti
Kuta Tepu.
-Karo-Karo Barus
Merga Karo-Karo barus menurut cerita berasal dari Baros (Tapanuli
Tengah). Nenek moyangnya Sibelang Pinggel (atau Simbelang Cuping) atau
si telinga lebar. Nenek moyang merga Karo-Karo Barus mengungsi ke Karo
karena diusir kawan sekampung akibat kawin sumbang (incest). Di Karo ia
tinggal di Aji Nembah dan diangkat saudara oleh merga Purba karena
mengawini impal merga Purba yang disebut Piring-piringen Kalak Purba.
Itulah sebabnya mereka sering pula disebut Suka Piring.
(Petra : Wuih, sejarah nenek moyang gw jelek juga, ya….)
-Karo-Karo Manik
Di Buluh Duri Dairi (Karo Baluren), terdapat Karo Manik.
Merga Peranginangin
Merga Peranginangin terbagi atas beberapa sub merga, yakni :
-Peranginangin Sukatendel
Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerah Binje dan
Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di
Sukatendel. Di daerah Kuta Buloh, merga ini terbagi menjadi :
-Peranginangin Kuta Buloh
Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan
Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi
Melayu.
-Peranginangin Jombor Beringen
Merga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh, Mburidi, Belingking,.
Sebagian menyebar ke Langkat mendirikan kampung Kaperas, Bahorok, dan
lain-lain.
-Peranginangin Jenabun
Merga ini juga mendirikan kampong Jenabun,. Ada cerita yang mengatakan
mereka berasal dari keturunan nahkoda (pelaut) yang dalam bahasa Karo
disebut Anak Koda Pelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada
hutan (kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertama nahkoda tersebut
tinggal.
-Peranginangin Kacinambun
Menurut cerita, Peranginangin Kacinambun datang dari Sikodon-kodon ke Kacinambun.
-Peranginangin Bangun
Alkisah Peranginangin Bangun berasal dari Pematang Siantar, datang ke
Bangun Mulia. Disana mereka telah menemui Peranginangin Mano. Di Bangun
Mulia terjadi suatu peristiwa yang dihubungkan dengan Guru Pak-pak
Pertandang Pitu Sedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir
(sakat) kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk
(ersepah), kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi. Mungkin
pada waktu itu terjadi gempa bumi di kampung itu. Akibatnya penduduk
Bangun Mulia pindah. Dari Bangun Mulia mereka pindah ke Tanah Lima
Senina, yaitu Batu Karang, Jandi Meriah, Selandi, Tapak, Kuda dan
Penampen. Bangun Penampen ini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di
Batu Karang, merga ini telah menemukan merga Menjerang dan sampai
sekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang.
Merga ini juga pecah menjadi :
-Keliat
Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan
dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di
Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.
-Beliter
Di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernama Beliter dan
penduduknya menamakan diri Peranginangin Beliter. Menurut cerita, mereka
berasal dari merga Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampung
bernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatara kedua nama
kampung tersebut. Penduduk kampung itu di sana juga disebut
Peranginangin Beliter.
-Peranginangin Mano
Peranginangin Mano tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun, Peranginangin
Mano sekarang berdiam di Gunung, anak laki-laki mereka dipanggil
Ngundong.
-Peranginangin Pinem
Nenek moyang Peranginangin Pinem bernama Enggang yang bersaudara dengan
Lambing, nenek moyang merga Sebayang dan Utihnenek moyang merga Selian
di Pakpak.
-Sebayang
Nenek Moyang merga ini bernama Lambing, yang datang dari Tuha di
Pak-pak, ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung Kuala, Kuta Gerat,
Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi (Langkat), dan lain-lain.
Merga Sembayang (Sebayang) juga terdapat di Gayo/Alas.
-Peranginangin Laksa
Menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetap di Juhar.
Peranginangin Penggarun
Penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila (suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.
-Peranginangin Uwir
-Peranginangin Sinurat
Menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karo bermarga Sinurat
seperti Karang dan Dautta, merga ini berasal dari Peranginangin Kuta
Buloh. Ibunya beru Sinulingga, dari Lingga bercerai dengan ayahnya lalu
kawin dengan merga Pincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru
tulis merga Pincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir merga
Sinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergi dari
Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi nama sesuai
perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.
-Peranginangin Pincawan
Nama Pincawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanya perang
urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu. Mereka pada waktu itu
sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.
-Peranginangin Singarimbun
Peranginangin Singarimbun menurut cerita budayawati Karo, Seh Ate br
Brahmana, berasal dari Simaribun di Simalungun. Ia pindah dari sana
berhubung berkelahi dengan saudaranya. Singarimbun kalah adu ilmu dengan
saudaranya tersebut lalu sampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjong Pulo)
sekarang. Disana ia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun,
Mardingding, dan Tiga Nderket.
-Peranginangin Limbeng
Peranginangin Limbeng ditemukan di sekitar Pancur Batu. Merga ini
pertama kali masuk literatur dalam buku Darwan Prinst, SH dan Darwin
Prinst, SH berjudul Sejarah dan Kebudayaan Karo.
-Peranginangin Prasi
Merga ini ditemukan oleh Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH di desa
Selawang-Sibolangit. Menurut budayawan Karo Paulus Keliat, merga ini
berasal dari Aceh, dan disahkan menjadi Peranginangin ketika orang
tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru.
Sumber : http://blog.petrabarus.net/2007/07/06/budaya-karo-sejarah-marga-marga/
>>>Bujur Ras mejuah-juah<<<
Artikel Terkait :
karo karo sinuraya mana? jagan dilupakan itu kawan
ReplyDelete